Teknologi komputasi awan atau cloud computing memberi peluang bagi pelaku usaha kecil menengah (UKM) ataupun technopreneur untuk mengembangkan bisnisnya dengan lebih efisien. Hal ini dikarenakan pelaku usaha tidak perlu mengeluarkan biaya besar untuk pembelian dan pengelolaan infrastruktur IT seperti server dan datacenter karena telah dilakukan oleh cloud provider.
Dengan mengadopsi komputasi awan, pelaku usaha dapat menghemat biaya dengan hanya menggunakan sumber daya yang mereka butuhkan. Komputasi awan memungkinkan para technopreneur tidak perlu memiliki ruang kantor yang besar karena pekerjaan bisa dilakukan secara mobile, tidak memerlukan ruang server serta hanya membayar atas teknologi yang mereka gunakan saja.
Tony Seno Hartono, National Technology Officer Microsoft Indonesia, mengungkapkan bahwa komputasi awan dapat memberikan efisiensi biaya umumnya sekitar 20-50% dibanding non komputasi awan.
“Teknologi cloud adalah semacam outsource untuk infrastruktur IT. Misalnya dengan layanan Microsoft Azure, technopreneur dapat menggunakan layanan pay-as-you-go, dimana mereka hanya perlu membayar apa yang mereka gunakan. Azure juga memiliki sistem penagihan per menit sehingga memungkinkan kapasitas infrastruktur seperti komputasi, storage, dan bandwidth untuk disesuaikan sesuai dengan kebutuhan bisnis,” ujar Tony dalam acara Cloud Computing Masterclass di kantor Microsoft Indonesia, Jakarta (13/6).
Selain itu, komputasi awan juga memungkinkan technopreneur untuk menyimpan, menganalisa, serta berbagi dokumen dan data dalam waktu bersamaan dengan tetap terjaga keamanannya. Technopreneur juga dapat mengandalkan komputasi awan untuk melakukan proses analisis seperti pemetaan target konsumen yang akan membantu dalam menawarkan jasa dan produk mereka secara lebih tepat dan efisien.
Bagi Microsoft Indonesia, komputasi awan berpotensi menghasilkan profit 1,6 kali lebih besar dibandingkan cara konvensional, serta meningkatkan bisnis hingga 2,4 kali lebih cepat. Adapun pada tahun 2018 diperkirakan banyak pengguna server in-houseberpindah ke cloud yang bertambah menjadi 86%. Sementara pengguna cloud baru akan bertambah sekitar 76% dalam dua tahun mendatang.
Salah satu startup di bidang pendidikan yang memanfaatkan komputasi awan sejak awal berdiri adalah Kelase. Kelase mengembangkan platform e-learning dan kolaborasi bagi lembaga pendidikan serta komunitas. Sejak awal berdiri pada 2014, para developer Kelase yang tersebar di berbagai wilayah di Indonesia berkolaborasi dalam pemrograman dan kurasi konten edukasi untuk mengembangkan platform Kelase menggunakan komputasi awan. Selain itu, komputasi awan juga digunakan untuk melakukan virtual meeting dengan tim developer, sedangkan kantor fisik hanya digunakan oleh tim manajemen saja.
Menurut Winastwan Gora, Chief Operating Officer Kelase, komputasi awan sangat membantu Kelase menjalankan program-program serta aktivitas kerja. “Di Kelase, kami memakai komputasi awan untuk berbagi timeline kerja, job desk, project management, mengelola file dan kode program, mengumpulkan survei,menganalisa data, serta melakukan meeting jarak jauh. Berkat komputasi awan produktivitas kerja kami meningkat. Selain itu, komputasi awan juga kami manfaatkan untuk mendukung sekolah dan komunitas untuk dapat belajar secara online dan mengakses digital library, konten pendidikan digital berupa buku elektronik, video edukasi dan beberapa fitur lain yang kami tawarkan,”dia menjelaskan.
Sumber asli : https://swa.co.id/swa/trends/technology/komputasi-awan-tingkatkan-efisiensi-bisnis