Internalisasi Metode Saintifik dalam Pembelajaran Berbasis Proyek

Mari kita lanjutkan pembahasan tentang Pembelajaran Berbasis Proyek. Berdasarkan kajian teori, metode saintifik adalah jalan untuk membuat dan menjawab pertanyaan ilmiah (scientific questions) melalui observasi dan atau eksperimen. Adapun tahap tahap metode saintifik terdiri dari : (1) Membuat pertanyaan ilmiah, (2) Melakukan kajian teoritis (research), (3) Mengkonstruksi hipotesis, (4) Menjalankan observasi dan atau eksperimen, (5) Menganalisis data dan membuat kesimpulan, (6) Melaporkan hasil (publikasi).

Metode Saintifik

Sedangkan pendekatan pembelajaran berbasis proyek merupakan pendekatan pembelajaran yang memiliki sintak: (1) Mulai dengan pertanyaan mendasar, (2) Merancang perencanaan proyek, (3) Membuat jadwal, (4) Memantau siswa dan kemajuan proyek, (5) Menilai hasil pembelajaran, dan (6) Menilai pengalaman belajar.

Mencari jawaban atas pertanyaan “apakah pembelajaran berbasis proyek dapat menfasilitasi proses internalisasi metode saintifik?”, dapat dilakukan dengan cara menganalisis sintak pembelajaran berbasis proyek, kemudian mencari hubungan tiap‐tiap tahapnya dengan item item pada metode saintifik.

Apakah tahap‐tahap pembelajaran berbasis proyek menfasilitasi aktivitas metode saintifik? Jika jawabannya “ya”, maka dapat disimpulkan bahwa pendekatan pembelajaran berbasis proyek dapat digunakan sebagai sarana internalisasi metode saintifik. Begitu sebaliknya.

Tahap pertama sintak pembelajaran berbasis proyek adalah “Mulai dengan pertanyaan mendasar”. Pembelajaran diawali dengan suatu pertanyaan esensial/mendasar. Pertanyaan ini bisa muncul dari pengajar ataupun dari peserta didik atau kolaborasi antara keduanya. Pertanyaan mendasar inilah yang akan menjadi sentral dalam pembelajaran berbasis proyek.

Pertanyaan mendasar pada pembelajaran berbasis proyek dapat disetarakan dengan pertanyaan saintifik pada metode saintifik. Proses metode saintifik juga diawali dengan munculnya suatu pertanyaan ilmiah. Dengan demikian, tahap pertama sintak pembelajaran berbasis proyek dapat menfasilitasi tahap pertama proses metode saintifik, yaitu “membuat pertanyaan ilmiah”.

Tahap kedua sintak pembelajaran berbasis proyek adalah “Merancang perencanaan proyek”. Pada tahap ini, peserta didik bersama‐sama pengajar secara kolaboratif merencanakan sebuah proyek untuk menyelesaikan pertanyaan yang telah dirumuskan pada tahap pertama. Agar tepat dalam mendesain proyek, maka dilakukan penggalian informasi yang terkait dengan pertanyaan. Proses ini dilakukan melalui bertanya kepada narasumber, diskusi dengan pengajar atau siswa lain, kajian literatur berupa buku maupun pencarian di internet. Apabila informasi sudah cukup, maka dengan mudah peserta didik secara kolaboratif dapat merancang suatu proyek.

Aktivitas “Merancang perencanaan proyek” pada pembelajaran berbasis proyek, dengan demikian dapat disetarakan dengan aktivitas ”melakukan kajian teoritis (research)”, dan ”mengkonstruksi hipotesis” yang merupakan langkah kedua dan ketiga dalam metode saintifik. Hal ini dikarenakan pada tahapan ini, peserta didik mengumpulkan berbagai informasi dari berbagai sumber. Aktivitas ini setara dengan aktivitas ”melakukan kajian teoritis (research)” pada metode saintifik. Setelah informasi terkumpul, peserta didik membuat dugaan‐dugaan sebagai jawaban sementara atas pertanyaan pada tahap sebelumnya, sehingga mampu mendesain suatu proyek dengan lebih akurat. Aktivitas tersebut merupakan bagian dari aktivitas ”mengkonstruksi hipotesis” pada metode saintifik.

Tahap ketiga dan keempat sintak pembelajaran berbasis proyek adalah “Membuat jadwal” dan “Memantau siswa dan kemajuan proyek”. Pada tahap ini, peserta didik membuat jadwal pelaksanaan proyek dan sekaligus menjalankan proyek di bawah monitor pengajar. Inti pelaksanaan proyek dilakukan pada tahap ini. Mahasiswa melakukan observasi dan atau eksperimen dengan cara yang telah didesain pada tahap sebelumnya. Dengan demikian, tahap ketiga dan keempat pembelajaran berbasis proyek merupakan pelaksanaan tahap keempat dari metode saintifik, yaitu “menjalankan observasi dan atau eksperimen”.

Tahap kelima sintak pembelajaran pembelajaran berbasis proyek adalah “Menilai hasil belajar”. Hasil belajar dapat dimaknai sebagai keseluruhan hasil (produk) selama aktivitas menjalankan proyek. Dengan demikian, tahap ini dilakukan setelah proyek selesai dijalankan. Hasil belajar dinilai untuk membantu dalam mengukur ketercapaian standar kompetensi, mengetahui kemajuan masing‐ masing peserta didik, memberi umpan balik tentang tingkat pemahaman yang sudah dicapai peserta didik, dan membantu pengajar dalam menyusun strategi pembelajaran berikutnya.

Penilaian terhadap hasil belajar dengan demikian merupakan aktivitas menganalisis produk dari proyek yang sudah dijalankan mahasiswa. Apakah hasil observasi dan atau eksperimen sudah dapat digunakan untuk menjawab pertanyaan yang dimunculkan pada bagian awal pembelajaran? Jika sudah, maka mahasiswa telah mampu menyimpulkan inti persoalan adanya proyek. “Menilai hasil belajar”, dengan demikian dapat disetarakan dengan aktivitas “menganalisis data dan membuat kesimpulan” yang merupakan tahap kelima dari metode saintifik.

Tahap keenam sintak pembelajaran pembelajaran berbasis proyek adalah “Menilai pengalaman belajar”. Pada akhir proses pembelajaran, pengajar dan peserta didik melakukan refleksi terhadap aktivitas dan hasil proyek yang sudah dijalankan. Pada tahap ini, peserta didik diminta untuk mengungkapkan perasaan dan pengalamanya selama menyelesaikan proyek. Pengajar dan peserta didik mengembangkan diskusi dalam rangka memperbaiki kinerja selama proses pembelajaran sehingga pada akhirnya ditemukan suatu temuan baru (new inquiry) untuk menjawab permasalahan yang diajukan pada tahap pertama pembelajaran. Dengan kata lain, pada tahap ini terjadi proses presentasi hasil proyek dihadapan guru dan seluruh siswa.

Proses semacam ini dalam metode saintifik, disebut sebagai proses “melaporkan hasil (publikasi)”. Analisis yang baru saja diuraikan, telah mencoba menggambarkan bagaimana pendekatan pembelajaran berbasis proyek dapat menfasilitasi proses internalisasi nilai dan semangat metode saintifik kepada peserta didik. Secara lebih tegas, pola hubungan antara pembelajaran berbasis proyek dengan internalisasi metode saintifik ditunjukan oleh Tabel 1 berikut.

Pertanyaan berikutnya adalah bagaimana merancang pembelajaran berbasis proyek untuk diterapkan di kelas? Silahkan simak tulisan berikut : Perancangan Pembelajaran Berbasis Proyek dengan Kerangka Kerja GRASPS.

× How can I help you?