Ada sebuah pertanyaan yang sering sekali dilontarkan oleh peserta pelatihan Perancangan Pembelajaran Berbasis Proyek yang di-fasilitasi oleh Edukasi101, yaitu “Apakah perbedaan utama dari Project Based Learning (PjBL) dibandingkan dengan Problem Based Learning (PBL) atau model-model pembelajaran lainnya?”.
Karakteristik utama dari Project Based Learning adalah adanya permasalahan di dunia nyata (benar-benar terjadi) yang diangkat menjadi pembelajaran, dan peran para siswa adalah sebagai ahli, yang merancang/mengembangkan solusi dan produk untuk mengatasi/menyelesaikan permasalahan riil tersebut.
Sebenarnya kami pernah menulis tentang perbedaan ini, khususnya mengenai perbedaan Project Based Learning dan Problem Based Learning disini, namun ada baiknya juga kami memberikan penjelasan yang lain, agar pembaca mendapatkan gambaran yang semakin jelas mengenai hal ini.
Karakteristik utama dari Project Based Learning adalah adanya permasalahan di dunia nyata (benar-benar terjadi) yang diangkat menjadi pembelajaran, dan peran para siswa adalah sebagai ahli, yang merancang/mengembangkan solusi dan produk untuk mengatasi/menyelesaikan permasalahan riil tersebut.
Contoh: Ketika transisi musim kemarau ke musim penghujan terjadi wabah penyakit Demam Berdarah (DB), untuk mengatasi masalah tersebut siswa akan berperan sebagai petugas sensus kesehatan yang akan melakukan pemeriksaan/sensus rumah-rumah penduduk untuk melihat kondisi kebersihan, potensi jentik yang ada disana dan mendaftar ada tidaknya penghuni rumah yang terjangkit penyakit DB ini.
Siswa akan mewawancarai petugas kesehatan di Puskesmas untuk mendapatkan informasi tentang DB. Siswa akan melakukan sensus penduduk, dengan mengunjungi rumah-rumah penduduk di lingkungan sekitar (misal, satu RT di lingkungan tempat tinggal siswa) untuk memperoleh informasi tentang jumlah rumah yang berpotensi menjadi sarang jentik nyamuk, dan mendata apabila ada warga yang terjangkit penyakit ini.
Siswa akan membuat laporan/presentasi multimedia berkaitan tentang penyakit DB, kondisi lingkungan di sekitar mereka (kesimpulan hasil sensus) serta merumuskan solusinya. Siswa juga akan membuat poster tentang pentingnya pencegahan DB yang akan dipasang di lingkungan sekitarnya, serta memberikan rekomendasi kepada Ketua RT setempat berkaitan dengan hasil penelitian dan solsui yang telah dilakukan dan dirumuskan.
Studi Kasus :
Pertanyaan: “Dalam pembelajaran, saya telah meminta para siswa untuk membuat produk berupa prakarya dari bahan bekas/limbah, apakah pembelajaran saya sudah termasuk PjBL?”
Jawaban: Jika dalam skenario pembelajaran terdapat permasalahan riil yang akan diselesaikan oleh siswa lewat produk yang dikembangkan, maka pembelajaran tersebut dapat disebut sebagai PjBL
Masalah yang diangkat dalam pembelajaran adalah masalah yang terjadi di dunia nyata, bukan masalah yang dihadapi siswa karena tidak memahami materi pelajaran tertentu. Masalah yang dapat diangkat misalnya, kelaparan, wabah penyakit, sampah, pemanasan global, kemiskinan, bencana alam, kekurangan pangan, menipisnya energi, dll.
Mengapa perlu mengangkat masalah riil yang terjadi di masyarakat? Salah satu tujuan dari PjBL adalah mengkoneksikan pengetahuan yang diperoleh siswa di kelas untuk diaplikasikan di dunia nyata dengan membuat solusi atas permasalahan-permasalahan yang ada – dimana siswa juga berperan sebagai profesi-profesi yang ada di dunia nyata, seperti dokter, peneliti lingkungan, ahli energi, insinyur, dll. Selain itu, PjBL harus mampu memberikan value/nilai/manfaat kepada masyarakat sekitar/dunia nyata, dimana hal ini adalah esensi utama dari tujuan pendidikan.
Kegiatan belajar yang dialami oleh siswa akan sangat bermakna dalam kehidupannya, dimana mereka akan selalu mengingat point-point penting dalam pembelajaran yang mereka lakukan. Selain itu, aliran pembelajaran dengan metode saintifik seperti yang ada pada PjBL akan memberikan keterampilan bagaimana menjadi pembelajaran seumur hidup bagi para siswa, dan pengetahuan ini akan sangat bermanfaat untuk dapat bertahan dalam kompetisi di dalam era ekonomi yang berbasis pengetahuan.
Semoga penjelasan ini dapat membantu para perancang pembelajaran dalam meningkatkan kualitas rancangan pembelajaran berbasis proyeknya. Jika masih ada pertanyaan yang ingin didiskusikan, silahkan pergunakan fasilitas komentar di bawah untuk berdiskusi.