Teknik Mengoptimalkan Kinerja Kelompok Siswa dalam Pembelajaran

Saya pernah melakukan pengelompokan siswa dalam pembelajaran di kelas dan memberi mereka tugas untuk dikerjakan bersama. Namun ada peserta didik yang aktif dan ada pula yang sangat pasif. Peserta yang aktif cenderung mendominasi sehingga beban pekerjaan tidak terbagi merata. Bagaimana mengatasi hal ini? Bagaimanakah agar kerja kelompok menjadi efektif?

Rekan pendidik dimanapun Anda berada agar kelompok kecil menjadi efektif, maka sejumlah elemen perlu dipertimbangkan dalam menstrukturisasikan tugasnya. Sebelum menetapkan tugasnya, tujuan kegiatan perlu dinyatakan dengan jelas dan kegiatan tersebut perlu dijelaskan dengan cara sedemikian rupa sehingga tidak akan ada ambiguitas tentang hasil yang diharapkan dari tugas tersebut.

Siswa yang bekerja dalam kelompok dalam pembelajaran berbasis proyek

Guru perlu menjelaskan bahwa murid-murid diharapkan saling bekerja sama di dalam kelompoknya. Menurut Slavin (1993), tujuan itu perlu dijadikan tujuan kelompok untuk memfasilitasi kerja sama, yang perlu disertai dengan akuntabilitas individual untuk tugas yang dikerjakan guna menghindari efek “free-rider”. Kompetisi tertentu dengan kelompok-kelompok lain juga dapat membantu murid untuk bekerja sama dengan sesama anggota kelompoknya, demikian juga penggunaan shared-manipulative atau sarana seperti komputer.

Usaha menghindari efek free-rider dapat dibantu dengan menstrukturisasikan kerja kelompok itu sedemikian rupa sehingga setiap anggota kelompok akan menerima tugas tertentu. Salah satu cara untuk melakukan itu adalah dengan menyelesaikan salah satu bagian tugas yang tergantung pada penyelesaian bagian tugas sebelumnya. Johnson dan Johnson (1994) menyarankan sejumlah peran yang dapat diberikan kepada murid dalam kelompok-kelompok kecil, seperti :

  • The Summarizer (perangkum), yang akan menyiapkan presentasi di depan kelas dan merangkum kesimpulan-kesimpulan yang dicapai untuk melihat apakah seluruh anggota kelompok lainnya sepakat.
  • The Researcher (peneliti), yang mengumpulkan informasi latar-belakang dan mencari informasi-informasi tambahan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas tersebut.
  • The Checker (pemeriksa), yang memeriksa apakah fakta-fakta yang akan digunakan kelompok sudah benar dan akan siap menjawab bila kelompoknya diperiksa oleh guru atau kelompok lainnya.
  • The Runner, yang berusaha menemukan sumber-sumber yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas, misalnya peralatan atau kamus.
  • The Observer/Troubleshooter (pengamat/penyelesai kemelut), yang mencatat dan merekam proses kelompok, yang dapat digunakan selama debriefing setelah kerja kelompok.
  • The Recorder (perekam), yang menuliskan output-output utama kelompok, dan mensintesiskan hasil kerja anggota-anggota kelompok lainnya.

Memberi nilai individual (untuk hasil kerja murid dalam mencapai kerja kelompok) maupun nilai kolektif (untuk kelompok secara keseluruhan) adalah strategi yang efektif untuk memastikan tujuan kelompok maupun akuntabilitas individual.

Setelah menyelesaikan tugas kelompok, hasil-hasilnya perlu dipresentasikan kepada seluruh kelas, dengan sebuah debriefing yang difokuskan pada proses kerja kelompok (efektifitas usaha kolaboratif murid) harus dilakukan. Salah satu cara untuk memulai sebuah debriefing adalah dengan menanyakan pendapat murid tentang apa yang telah berlangsung dengan sangat baik atau sangat buruk selama kerja kelompok (pemeran pengamat yang disebutkan di atas seharusnya dapat melakukan hal ini). Guru kemudian dapat memberikan umpan baliknya tentang elemen-elemen mana yang menurutnya berjalan dengan baik atau kurang baik dan menanyakan kepada murid bagaimana proses itu dapat diperbaiki.

Penelitian menujukkan bahwa kelompok-kelompok kooperatif seharusnya berjumlah anggota sedikit, tetapi tidak terlalu, dan heterogen dalam kaitannya dengan kemampuan murid. Kelompok-kelompok yang terdiri murid-murid berkemampuan tinggi dan sedang atau sedang dan rendah, memberi dan menerima lebih banyak penjelasan dibanding murid-murid di kelompok kemampuan tinggi-sedang-rendah. Pengelompokan yang tidak terlalu heterogen terutama menguntungkan untuk murid-murid dengan kemampuan sedang. Bila murid-murid dengan kemampuan yang sama dijadikan satu kelompok (homogen) maka ditemukan bahwa murid-murid dengan kemampuan tinggi menganggap tidak perlu saling membantu, sementara murid-murid dengan kemampuan rendah akan kurang mampu untuk melakukannya (Askew dan William, 1995).

Bagaimanapun, jelas bahwa kerja kelompok kecil kolaboratif membutuhkan banyak pemikiran dan persiapan, dan sama sekali bukan sekedar mendudukkan murid-murid mengelilingi sebuah meja dan selanjutnya berharap kolaborasi-kolaborasi efektif akan timbul mengikutinya. Selamat mencoba! Semoga tulisan ini berguna bagi Anda!

Sumber :

  1. Slavin, R.E. 1995. Cooperative Learning: Theory, Research and Practise. Boston: Allyn and Bacon
  2. Johnson, D.W. dan Johnson, R T. 1994. Joining Together, Group Theory and Group Skills. Englewood Cliffs, NJ: Prentice Hall.
  3. Askew, M. dan William, D. 1995. Recent Research in Mathematics Education. London: Office For Standard in Education.

× How can I help you?