·

Pembelajaran Berbasis Proyek di SDN Sukasari 4: Menumbuhkan Aksi Ketahanan Iklim Sejak Dini

Isu lingkungan dan perubahan iklim semakin nyata dirasakan dalam kehidupan sehari-hari. Bagi siswa SDN Sukasari 4 Tangerang, bau tidak sedap dari sampah Pasar Babakan yang berdekatan dengan sekolah menjadi tantangan yang mengganggu aktivitas belajar. Namun, alih-alih menjadikannya hambatan, guru memanfaatkan kondisi ini sebagai peluang pembelajaran dengan pendekatan Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning/PjBL). Langkah ini tidak hanya melatih siswa memecahkan masalah, tetapi juga menanamkan kesadaran tentang pentingnya menjaga lingkungan dan membangun ketahanan iklim (climate resilience) sejak dini.

Dari Masalah Lingkungan Lokal ke Kesadaran Iklim

Sampah pasar yang menumpuk dan menimbulkan bau menyengat adalah cerminan nyata masalah lingkungan perkotaan. Kondisi ini terkait erat dengan isu iklim, karena tata kelola sampah yang buruk dapat menimbulkan polusi udara, risiko kesehatan, hingga banjir akibat saluran air yang tersumbat. Dengan melakukan observasi langsung ke pasar, siswa belajar mengidentifikasi akar masalah sekaligus memahami keterhubungan antara kebersihan, kesehatan, dan keberlanjutan lingkungan.

Inovasi Siswa sebagai Upaya Adaptasi dan Mitigasi

Dari hasil proyek, siswa berhasil menciptakan beberapa solusi sederhana yang relevan dengan aksi ketahanan iklim:

  1. Aromaterapi DIY untuk menetralkan bau tidak sedap di kelas.
    Inovasi ini meningkatkan kualitas udara dalam ruangan dan melatih siswa menjaga kesehatan di tengah paparan polusi.
  2. Jamu herbal dari kunyit dan jahe yang ditanam di sekolah.
    Produk ini memperkuat imunitas, langkah adaptasi menghadapi penyakit yang sering meningkat akibat perubahan iklim seperti ISPA dan demam berdarah.
  3. Batik ecoprint dari daun kering.
    Dengan memanfaatkan limbah organik menjadi karya seni, siswa menerapkan prinsip ekonomi sirkular sekaligus mengurangi sampah yang berpotensi mencemari lingkungan.

Kecil memang, tetapi inisiatif ini mencerminkan bagaimana aksi sederhana dapat berkontribusi pada mitigasi (mengurangi dampak) dan adaptasi (menyesuaikan diri) terhadap perubahan iklim.

Kolaborasi sebagai Fondasi Ketahanan Iklim

Proyek ini tidak hanya melibatkan siswa, tetapi juga guru, orang tua, dan mitra eksternal seperti Bank Mandiri melalui Program Mandiri Edukasi. Keterlibatan multi-pihak ini sangat penting karena aksi ketahanan iklim membutuhkan kolaborasi lintas sektor. Melalui proses ini, siswa belajar bahwa menjaga lingkungan dan membangun resiliensi bukanlah tanggung jawab individu semata, melainkan hasil kerja sama kolektif.

Gaya Hidup Berkelanjutan dan Profil Pelajar Pancasila

Hasil karya siswa dipamerkan dalam kegiatan bertema “Gaya Hidup Berkelanjutan”. Pameran ini menekankan bahwa pilihan kecil dalam kehidupan sehari-hari—seperti memanfaatkan sampah organik atau mengonsumsi produk lokal sehat—adalah bagian dari upaya menghadapi perubahan iklim.

Proyek ini juga sejalan dengan penguatan Profil Pelajar Pancasila melalui dimensi gotong royong, kreativitas, dan kepedulian lingkungan. Dengan begitu, pendidikan tidak hanya mencetak siswa cerdas secara akademis, tetapi juga membentuk generasi yang siap menghadapi tantangan masa depan, termasuk krisis iklim.

Penutup

Penerapan Pembelajaran Berbasis Proyek di SDN Sukasari 4 Tangerang membuktikan bahwa sekolah dasar bisa menjadi laboratorium kecil ketahanan iklim. Dari masalah sederhana seperti bau sampah pasar, lahir berbagai inovasi yang mengajarkan pentingnya adaptasi, mitigasi, dan kolaborasi.

Inisiatif ini memberi pelajaran penting: membangun ketahanan iklim tidak harus selalu dimulai dengan proyek besar, melainkan dapat ditumbuhkan dari aksi kecil di ruang kelas, yang kelak menjadi kebiasaan dan budaya hidup berkelanjutan.

More from Our News & Articles